Minggu, 15 April 2012

Mahabharata: Liciknya Resi Dorna (Bambang Ekalaya)

   Orang itu ada kalanya berada dalam kejayaan,namun di balik kejayaan itu pasti ada pasang surutnya. Dan dalam kehidupan itu terkadang ditemui pengapesan yg entah dari mana.


   Inilah cerita Mahabharata yang menceritakan pengapesan dari seorang begawan. Ialah Dorna. Sang guru dari para pandawa maupun kurawa yang sangat dihormati. Sehebat apa pun ia, tak dapat mengelak dari hukum alam yaitu hukum sebab-akibat. Itulah letak pengapesan seorang Dorna.


   Diceritakan disaat pandawa dan kurawa masih muda. Terdapat seorang anak raja muda yang menghadap ayahnya. Anak dari Sri Baginda Nisada. Anak seorang raja adil dan jujur yang memimpin di sebuah negeri impian yang subur dan indah bernama Nisada. Itulah Bambang Ekalaya.

   Disisi badan tegapnya yang terlihat gagah perkasa,ia diiringi oleh paras cantik nan elok bernama Anggraeini. Wanita berbudi ini adalah istri Bambang Ekalaya.

"Ayahanda, hamba mohon diberi izin untuk berkelana mencari ilmu dan pengalaman agar kelak dapat membantu rakyat nisada"

"Mencari ilmu dan pengalaman adalah kewajiban seorang ksatria dan aku pun tak akan melarangmu, namun bagaimana dengan anggraeni ? Dan akan ke manakah tujuanmu ?"

"Oh baginda, kanda telah merundingkannya dengan hamba,"sahut Anggraeni

"Hamba mohon agar ayah berkenan memberi petunjuk untuk hamba," Bambang merunduk kepada Sri Baginda ayahnya.

"Pergilah ke utara dan carilah hulu sungai Bengawan Logangga maka kau akan tiba di negeri Hastina. Lalu carilah seorang resi yang bernama Dorna..."

"... Bergurulah kepadanya karena ilmunya telah sempurna,"lanjut Sri Baginda.



~~~~


   Seorang ksatria berbudi yang kuat dan berani berdiri diatas bukit melihat sang surya yang telah bangun dari tidurnya. Suara kokok ayam dan sinarnya menerangi rumah-rumah rakyat nisada. Rakyat dari sebuah negeri yang makmur.

"Oh dewata, izinkan aku tuk meneruskan menerangi rakyat Nisada. Karena aku berjanji kelak aku akan kembali ke sini untuk melihat mereka tersenyum," kata Bambang Ekalaya ke arah matahari terbit.
Itulah janji sang pangeran adipati yang diamini oleh dewata. Dan kelak ia akan menjadi penerang negeri Nisada. Kudanya pun menghilang dalam kabut pagi.

~~~~


"Oh arjuna, engkau memang murid yang dapat kubanggakan. Tidak seperti lainnya,kemampuan diatas mereka. Kau dan Bima adalah muridku yang terbaik..."

"...latihanmu untuk kali ini telah selesai,"

   Tampak seorang lelaki tua berjenggot dan kumis serba putih dengan wajah yang agak rusak. Walaupun badannya telah dimakan usia, namun masih terlihat kuat dan tegap. Bajunya bukanlah baju seorang bangsawan tapi menandakan bahwa ia adalah seorang resi. Resi yang terkenal mempunyai ajian Danurweda alias Kombayana atau sering disebut pendeta Dorna.

   Dorna adalah guru bagi para pandawa dan kurawa. Dia telah bersumpah bahwa tidak akan mengajar bangsa lain selain bangsa Aria (putera bharata) agar keturunan bharata yang paling unggul. Dan inilah yang akan menjadi bibit masalah karena sumpah Dorna sebelumnya.

   Setelah bayangan arjuna menghilang,tiba-tiba munculah Bambang Ekalaya di depan Dorna.
Lalu dengan bersujud di hadapan Dorna,Bambang Ekalaya pun berkata, "hamba adalah Bambang Ekalaya,putera raja Nisada. Izinkanlah hamba untuk menjadi muridmu".

Namun dengan berbagai alasan,dorna menolaknya termasuk menceritakan tentang sumpahnya.

Dengan sangat kecewa, ia menuju ke rimba Wanawasa di luar daerah Hastina. Sungguh sakit hatinya mendengar ucapan pendeta itu, dia merasakan terhina dengan membeda-bedakan bangsa.

Di depan sebuah pohon ia merasa malu terhadap istrinya dan ayahnya maupun kepada rakyat nisada.
"Berikan aku jalan,oh dewata,"katanya lirih.

Sebatang pohon didepannya bersinar redup. Dengan ilhamnya, bambang ekalaya berbuat sesuatu. Kayu demi kayu dan waktu demi waktu...

   Muncullah wujud Dorna dalam bentuk patung kayu buatan Bambang Ekalaya. Lalu mulailah dia belajar membidik,dan panah memanah. Ia selalu berlatih disamping patung Dorna. Dan dia tetap mengakui sebagai gurunya.

~~~~


   Walau tak ada angin,dahan pohon bergoyang-goyang. Suara anjing dan rusa terdengar bersahut-sahutan. Burung-burung terbang menghindar dari tempatnya. Rupanya lima ksatria sedang berada di rimba Wanawasa. Pandawa lima dan anjingnya sedang berburu.

"Oh astaga,segeralah kalian kemari".

Tampak kejadian yang mencengangkan. Seekor anjing pemburu tergeletak dengan 10 panah membungkam mulutnya.

"Ada apa ini ?,"Bima terkejut melihatnya.

"Maafkan daku bila kemunculanku tidak berkenan,"sahut suara dibalik pohon.

Itulah pertemuan Putra Pandhu dengan Bambang Ekalaya. Bambang lah yang telah membunuh anjing itu karena gonggongannya membuatnya berisik.

"Hei,mau kupuntir kepalamu ya !,"geram bima.

"Sabar kanda..,"tenang arjuna. "Siapakah yang mengajarimu memanah sehebat itu?"tanya Arjuna kepada Bambang.

"Eyang Dorna lah guruku. Berkat mukjizatnya aku dapat membidik dengan sempurna,"sambil menunjuk patung Dorna yang baru disadari oleh Pandawa.

Pandawa pun kagum kepada Ekalaya. Dan mereka pun pulang dengan hati yang sangat kecewa karena menganggap dorna telah ingkar.

~~~~


"Oh,Ekalaya memang satria berbudi. Tapi lihat sajalah nanti".

Disinilah letak kelicikan Dorna. Dia berusaha menyingkirkan Ekalaya. Itu semua karena takutnya kehilangan kehormatan. Akibat dari laporan arjuna yang kecewa kepadanya karena menurutnya telah ingkar.


"Ekalaya,inilah eyang. Benarkah kau telah mengaku guru kepadaku..?"

"Sungguh eyang,hamba mengakui eyang guruku. Dan inilah wujud dari penghormatanku, telah hamba buatkan patung dengan wujud eyang yang selalu hamba puja,"tunduk Ekalaya.

"Menurut kebiasaan,seorang murid yang setia harus memberikan tanda mata. Maukah kau memberikan tanda mata untuk eyang?".

"Mau eyang,asalkan hamba diakui sebagai murid. Apapun yang eyang ingini akan hamba penuhi,"janji Ekalaya.

"Nah,seorang satria harus menepati janjinya. Yang ku inginkan tak seberapa. Hanya ibu jarimu yang kanan,itulah tanda matanya. Sanggupkah raden?".

   Sekejap saja ibu jari Ekalaya terlepas dari tempatnya. Bukan untuk menepati janjinya tapi untuk diakui sebagai murid oleh Dorna. Tanpa ragu-ragu dia telah memutuskan ibu jarinya sendiri.

   Tiba-tiba terdengar tawa terkekeh-kekeh dorna yang menjijikkan,"HEHEHEHE HEU HEU HEU, BAGAIMANA BISA BANGSA DUNGU MENYAMAI BANGSA ARIA ? Dasar dungu,bodoh,kurang pikir,kurang akal,tumpul perasaannya.."

"... HEI , EKALAYA..!! MANA BISA KAU MEMBIDIK TANPA IBU JARIMU ? Hehehe.."

   Bayangan Dorna hilang dihadapan Ekalaya. Sedangkan Arjuna dan Saudaranya juga tak menyangka akan kelicikan dan kerendahan budi gurunya. Dan Arjuna pun gemas melihatnya. Mereka semua akhirnya pergi meninggalkan Ekalaya.

PERGI.. PERGI... Tanpa meninggalkan apapun termasuk ucapan maaf sekalipun.

   Hancurlah hati Ekalaya. Sakit tanganya dan sakit pula hatinya. Jauh-jauh untuk pergi mencari Dorna tapi apa yang ia dapatkan hanyalah sakit hati yang begitu dalam. Ibu jarinya hilang karena tipu muslihat dari seorang yang sangat diharapkannya.

   Hanya doa lah yang ia panjatkan agar dijauhkan dari rasa dendam. Perasaannya kacau, putus harapan,dan rela mati daripada menderita batin. Dan akhirnya ia bertapa hingga berbulan-bulan.

"Hmm, ekalaya bangunlah. Engkau tak perlu merisaukannya. Kau memang satria berbudi dan jujur. Pribadimu lebih tinggi daripada mereka. Pendapatmu benar manusia sama saja. Perbedaan hidup hanya sementara ketika hidup di alam lahir.."


"... Pulanglah segera. Mereka yang merasa lebih tinggi derajatnya akan masuk ke dalam jurang kehinaan. Perhatikanlah putera-putera Hastina itu olehmu !".

   Itulah Hyang Pramesti Betara Syiwa yang memberikan wejangan dan petuah untuk Ekalaya.
Kuda Ekalaya pun terlihat berlari sangat kencang. Gembira hatinya melihat tuannya kembali. Dan akhirnya pulanglah Ekalaya dengan hati yang telah cerah...


> Dilanjutkan dalam cerita :
>> MAHABHARATA : KUTUKAN UNTUK DORNA (BAMBANG EKALAYA)



Artikel Terkait

Description: Mahabharata: Liciknya Resi Dorna (Bambang Ekalaya) Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: Mahabharata: Liciknya Resi Dorna (Bambang Ekalaya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar